Thursday 21 March 2013

Diplomat & Diplomasi

Seorang diplomat adalah orang yang ditunjuk oleh negara untuk melakukan diplomasi dengan negara lain atau organisasi internasional. Fungsi utama dari diplomat berkisar pada representasi dan perlindungan kepentingan dan warga Negara dari negara pengirim, serta promosi informasi dan hubungan persahabatan. Diplomat adalah bentuk tertua dari setiap lembaga kebijakan luar negeri negara, mendahului kementerian luar negeri, menteri luar negeri dan kantor kementerian. Fungsi Diplomat di posting mengumpulkan dan melaporkan informasi yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional, seringkali dengan nasihat tentang bagaimana pemerintah negara asal harus merespon.  

Menurut Sir Ernest Satow sejak tahun 1922 telah mendifinisikan diplomasi sebagai aplikasi intelijen dan taktik untuk menjalankan hubungan resmi antara pemerintah yang berdaulat, yang kadang kala diperluas dengan hubungan dengan Negara-negara jajahannya.  Sejalan dengan definisi Satow, Barston mendefinisikan diplomasi sebagai manajemen hubungan antar Negara atau hubungan antar Negara dengan aktor-aktor hubungan internasional lainya. Sebuah definisi paling dekat terkait dengan metode dan isi adalah “Diplomasi mewakili tekanan politik, ekonomi dan militer kepada Negara-negara yang terlibat dalam aktivitas diplomasi, yang diformulasikan dalam pertukaran permintaan dan kosesi antara para pelaku negosiasi”. Untuk mencapai kepentingan nasional, keterampilan dalam berdiplomasi merupakan syarat utama seorang diplomat yang terlibat dalam politik internasional, yang pada dasarnya dipergunakan untuk mencapai kesepakatan, kompromi, dan penyelesaian masalah dimana tujuan-tujuan pemerintah saling bertentangan. Diplomasi dapat diselenggarakan dalam pertemuan khusus atau konferensi umum.
 

Keberhasilan kegiatan diplomasi dapat dinilai dari tujuan awalnya. Diplomat melakukan diplomasi untuk mengejar kepentingan nasionalnya dengan cara saling tukar menukar informasi secara terus menerus dengan Negara lain atau rakyat di Negara lain. Tujuan persuasif antar Negara adalah untuk merubah ikap dan tingkah laku lawannya.

Hubungan Internasional antar negara saat ini tidak seimbang, Negara-negara kuat masih menganut pandangan bahwa sebuah negara merupakan Super Power bila mampu menundukan pengaruh Negara lain. Mereka begitu berambisi untuk melakukan praktik neokolonialisme dengan menggunakan kekuatan serta sarana teknologi informasi dan komunikasi.Ketimpangan dalam hubungan internasional semakin bertambah manakala badan dunia PBB, kian kehilangan wibawa karena lebih berfungsi untuk menyuarakan kepentingan negara kuat tertentu.
Hal ini telah mendesak Negara berkembang untuk meningkatkan kemampuan dalam segala bidang, terutama kemampuan diplomasi. kalah atau menang dalam percaturan diplomasi sangat ditentukan oleh teknik dan strategi diplomasi yang didukung oleh sumber daya informasi dan jaringan komunikasi. Disini terasa betapa pentingnya ilmu komunikasi internasional dalam prespektif diplomatik sebagai alat ukur  untuk mengurai masalah ketimpangan internasional dan menghadapi tantangan dalam pergaulan internasional.
 

Pentingnya komunikasi internasional bagi para diplomat dan konsuler atau masyarakat pada umumnya sudah diakui secara luas. dengan mempelajari komunikasi internasional, seseorang dapat memahami bagaimana menciptakan dan memelihara hubungan internasional yang dinamis dalam era informasi tanpa batas seperti sekarang ini setiap orang, baik secara individual maupun institusional, boleh menjadi duta tidak resmi bagi negaranya untuk ikut berdiplomasi dalam berbagai percaturan internasional.

Kemajuan teknologi informasi pada era kini telah memaksa Negara-negara untuk menilai kembali pelaksanaan diplomasi. Teknologi memungkinkan peran diplomat yang ditugaskan di luar negeri dan juga peran Duta Besar berkurang signifikasinya, karena semua kegiatan komunikasi telah dapat dilakukan dari titik manapun di seluruh dunia berkat kemanjuan teknologi informasi. 

Seperti yang dikatakan oleh Harold Nicholson: “Dengan perkembangan komunikasi, peran dan fungsi seorang diplomat telah semakin berkurang sehingga diplomat sekarang telah menurun statusnya menjadi juru tulis yang bertugas mencatat pesan-pesan telephone”.  Kenyataan hubungan diplomatic mengugkapkan pentingnya komunikasi dan informasi. Seorang mantan Menlu AS, George Schulz, mengatakan bahwa “bahan mentah diplomasi adalah informasi, bagaimana memperolehnya, menilainya, dan menempaknnya ke dalam system untuk kepentingan dan untuk mebingungkan pihak lain”. 

Mengenai perubahan-perubahan, Barry Fulton mengatakan: “Negara-negara sebelumnya terhubung oleh Departemen Luar Negeri dan aktivitas perdagangan, sekarang terhubung melalui berjuta-juta invidu dengan mamakai saluran serat optic, satelit, telepon tanpa kabel dan dengan kabel dengna sebuah jariangan yang kompleks tanpa pengawasan terpusat”.  Maka waktu dan tempat tidak lagi menjadi isu yang relevan sehingga menyebabkan diplomasi tradisional harus berjuang keras untuk mempertahankan relevensinya. 

Selain adanya revolusi teknologi informasi yang menuntut perubahan dalam praktek diplomasi, perubahan-perubahan lain yang terjadi adalah meningkatnya peran media massa, globalisasi bisnin dan keuangan, meningkatnya pertisipasi masyarakat di dalam kegiatan hubungan internasional, dan masalah-masalah kompleks yang menghapus batasan nasional suatu Negara. 

Aspek terpenting dari teknologi informasi telah mengubah semua aspek kehidupan masyarakat, termasuk diplomasi. Seperti yang dikatakan oleh George Gilder “militer AS adalah sebuah gambaran spektakuler dari penggantian aset-aset fisik dari informasi.” Informasi membuat dunia menjadi lebih dekat satu sama lainya secara elektronik maupun budaya. Efek demokratisasi pun bisa diciptakan oleh media massa dan satelit real-time yang menghubungkan setiap sudut di dunia ini. Bahkan masalah kecil bisa menjadi isu kebijakan mayor jika ditangkap oleh pers, hal ini biasa disebut “efek CNN”. Kekuatan global dari penyiaran berita secara langsung ini menjadi sebuah tantangan tersendiri terhadap hubungan masyarakat dan pemerintah dalam hal publikasi. Internet pun sebagai salah satu media dengan harga yang saat ini relative terjangkau dalam mentransformasikan informasi, memberikan kemampuan bagi masyarakat untuk menghindari konvensional mediator yang memiliki kekuasaan dalam pengontrolan informasi seperti pemerintah nasional, badan diplomatik, perusahaan transnasional, serta organisasi-organisasi yang bergerak di bidang pemberitaan. 

Fenomena baru ini dinamakan netpolitik sebagai hasil improvisasi dari realpoiltics. Realpolitics, istilah dalam bahasa Jerman yang berarti kekuasaan politik, adalah pendekatan dalam diplomasi internasional yang lebih berdasarkan kekuatan daripada moralitas dan opini dunia. Netpolitik merupakan sebuah mode baru dari diplomasi yang menggunakan kemampuan maksimal internet untuk membentuk politik, budaya, nilai dan identitas pribadi. Jadi, netpolitik ini berkisar tentang isu-isu yang lebih lunak seperti legitimasi moral, identitas budaya, nilai-nilai social serta persepsi public.
Media global saat ini ada dimana-mana, pemerintah pun dituntut harus siap untuk mempersiapkan image dan pesan-pesan yang baik kepada masyarakat. Jika sebuah Negara bisa membuat legitimasi kekuasaanya dapat dilihat oleh setiap orang serta mendirikan institusi internasional dalam rangka mengidentifikasikan kepentingan mereka dengan cara-cara yang bersahabat, maka tidak akan dibutuhkan harga yang cukup mahal untuk membayar semua itu.


Konsep dan aktivitas diplomasi, maupun peran diplomat telah berubah bersamaan dengan perubahan teknologi komunikasi. Revolusi bidang teknologi telah memeperluas diplomasi di luar struktur Departemen Luar Negeri untuk menjawab berbagai permasalahan masyarakat diseluruh dunia.  Diplomasi publik terkait dengan pengaruh sikap masyarakat terhadap bentuk dan eksekusi kebijakan luar negeri telah memotong dan mengambil alih dimensi hubungan internasional yang dilakukan oleh diplomasi tradisional. Secara tradisional, diplomasi bersifat tertutup dan hanya dilakukan oleh para diplomat dan wakil-wakil pemerintah resmi. Sedangkan era keterbukaan tidak memungkinkan untuk menutup informasi dan memepertahankan kerahasiaan dan pemilikan informasi secara ekslusif. Lebih jauh lagi ide dan modal bergerak cepat dan tidak dapat dihalangi di antara jaringan global pemerintah, perusahaan dan organisasi-organisasi swasta. 

Diplomasi publik termasuk aktivitas oleh pemerintah untuk membangun opini publik di Negara lain, melakukan interaksi kelompok perorangan dan kepentingan di satu Negara dengan Negara lain, melaporkan masalah-masalah luar negeri dan perngaruhnya terhadap kebijakan, aktivitas komunikasi antara mereka yang bekerja di bidang komunikasi, selain juga antara diplomat dan koresponden asing, serta proses komunikasi antar budaya.  Peran organiasai-organisasi seperti Asia Foundation, Japan Foundation, Alliance Francaise, Goethe Institute, atau Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Indonesia menjadi penting dalam kegiatan diplomasi publik. 

Isu utama diplomasi publik adalah arus transnasional dan ide-ide; kepentingan nasional dipromosikan nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk menyebarkan saling pengertian, informasi, dan mempengaruhi masyarakat asing. Asisoasi alumni USIA lebih lanjut mengatakan bahwa berbagai upaya diplomasi public menyebabkan batas-batas Negara yang semakin tipis dan ide-ide demokratis menjadi semakin penting. Dalam aktivitas komunikasi global, apa yang dilihat dan didengar oleh seseorang akan memepengaruhi secara langsung tindakan pemerintah selanjutnya. Dunia yang semacam ini akan memerlukam bersatunya masalah-masalah domestik dan internasional dan pengaruh yang terkoordinasi bagi manajemen informasi.


Referensi :
Barston, R.P.,Modern Diplomacy,Longman,N.Y,1997.
Djelantik Sukawarsini, Diplomasi antara Teori dan Praktik, 2008, hal. 19.
Fulton Barry, Reiventing Diplomacy in the Information Age. CSIS Wahington D.C 1998.
George P. Schulz, “Keynote Address from the Virtual diplomacy Conference: The Information Revolution and International Conflict Management”, PeaceWorks18 (September 1997).
Harold Nicholson, “Diplomacy Then and Now”, in The Theory and Pratice of International Relations, Dalam wiliam C, Olson and Freed A. Sondermann, 2nd Edition, Prentice Hall, Englewood, NJ, 1974.
Hubungan Internasional, lihat di : http://renggap.co.cc/hubungan-internasional/#more-76 diakses tanggal: 7/01/2011
Perkembangan CNN dan Internet yang Mempengaruhi Diplomasi Pembuatan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat,                                                             
lihat di: http://politik.kompasiana.com/2011/06/20/perkembangan-cnn-dan-internet-yang-mempengaruhi-diplomasi-pembuatan-kebijakan-luar-negeri-amerika-serikat/.Diakses tanggal: 7/01/2012.
R.P Barston. Modern Diplomacy, hal. 1.
Sir Ernest Satow, A Guide to Diplomatic Pratice, Longman Green & Co, NY, 1922.
Sholehi Mohammad, Sinopsis buku DIPLOMASI praktik komunikasi internasional, lihat di: http://exposenews.wordpress.com/2011/02/22/diplomasi-praktik-komunikasi-internasional/. Diakses tanggal : 7/01/2012.
Todd Martin, Virtual Diplomacy, E –merge A Student of International Affair, Volume 2, February 2001.
What is Diplomacy? USIA (United States Information Agency) alumni Association lihat di: http://www.publicdiplomacy.org/1/htm.

0 comments: